Cerbung Penjahat Cinta Ketiga


Cerbung Penjahat Cinta Ketiga by Puan Harahap
Anggie meninggalkan pria pasiennya dalam keadaan tenang dan mengantuk. Ia menutup pintu kamarnya dan mulai membaringkan tubuh, telinganya mendengarkan suara dari bawah. Pada apa yang dilakukan pria dibawah sana. Agaknya pria itu berbaring dan mencari posisi yang enak, sehingga setiap ia bergerak terdengar derit karena menahan berat badan. Ia membayangkan pria itu yang tidur miring, menghela napas dan jatuh tertidur.

Anggie dengan sabar menahan kantuknya, tapi lama sekali. Tempat tidur yang nyaman, sejuk pendingin serta sesekali suara binatang di luar sana dan suara tawa gadis-gadis yang lewat di depan rumahnya, semua hal itu membuatnya terpejam dan jatuh tertidur.
Hanya sekejap tiba-tiba ia tersentak bangun, ia memikirkan sesuatu dan dengan sigap bangun dari tempat tidur. Ia menunggu sesaat seperti seekor kucing yang sabar menunggu mangsanya, dan ia melangah pelan-pelan menuju pintu lantas menuruni tangga dengan kaki telanjang, dengan gerakkan hati-hati dan tidak menimbulkan suara. Sampai di bawah ia menunggu dan ia mendengar suara tarikkan napas Rama, berirama dan tenang. Anggie memutuskan ia akan langsung masuk tanpa ragu atau berjalan pelan-pelan karena itu hanya akan membangkitkan reaksi insting yang membangunkan Rama. Dengan mantap Anggie menyusuri sisi tempat tidur dan menunduk ke kolong. Terdengar napas Rama menghela napas, Anggie menahan napas.

Anggie melihat kemeja yang membungkus pistol berada di sudut luar kasur sehingga pria itu mudah mengambilnya tanpa harus meraih jauh ke kolong tempat tidur. Anggie bisa menyentuhnya, meraba bahan kemeja pembungkusnya serta benda keras di dalamnya, moncong pistol, lengkungan tempat selongsong peluru, pelatuknya yang tajam, bagian pangkal serta pegangannya. Anggie gemetar, jika ia mencoba menariknya melalui sela-sela kawat penyanga per tempat tidur, tak diragukan lagi pistol akan tersangkut karena ukuranya yang besar. Alih-alih ia mempelajari bentuknya seperti orang buta, dengan menyentuh pistol itu ia memastikan pistol itu ada di pinggiran kasur, dengan ujung jarinya ia menekan kasur ke atas maka ia bisa menyelipkan pistol tersebut keluar melalui samping tempat tidur.
Masalahnya, bagaimana menekan kasur ke atas setinggi satu inci atau lebih? Anggie harus menunggu dan berharap Rama berguling, mungkin pada saat bersamaan ia bisa mengeluarkan pistol dengan cepat dan tidak diketahui Rama. Ia harus menunggu dan lantai terasa keras dan dingin, ia ingin segera beranjak membawa pistol itu ke atas sementara di luar terdengar hembusan angin yang bertiup kencang, lolongan anjing di ujung desa, Anggie mengulurkan tangannya untuk mengambil pistol tetapi ia menyentuh sesuatu yang lembek dan dingin, Anggie merasa takut, tapi Anggie tau itu adalah kain kompres. Anggie memejamkan mata menunggu dengan tersiksa di bawah tempat tidur. Lalu terdengar Rama bergerak berguling ke samping menyebabkan kawat berderik. Dengan cepat Anggie menekan sebelah tanganya ke celah kawat yang terbuka sementara tangan yang lain menarik kemeja beserta pistol di dalamnya. Benda itu jatuh berdebam di dadanya. Tapi akhirnya ia mendapatkan pistol itu. senjata yang sangat menakutkan dan membahayakan, dengan sangat perlahan ia membuka bungkusannya. Kemeja Rama terentang di atas perutnya sehingga aroma tubuh pria itu tercium olehnya. Ia gemetar. Tapi ia bertekad keluar dari kamar tanpa terdengar dengan pistol di tangannya, tinggal menunggu hingga debaran di dadanya hilang. Besok laki-laki ini tidak akan bisa mengancamnya lagi, huhh laki-laki macam apa yang bisa meletuskannya ke manusia lain? Tekadnya besok pagi ia akan mengusir laki laki ini keluar dari kamarnya.

Terdengar napas Rama yang berat, Anggie menggigit bibirnya menahan napas gemetar saat membayangkan akan tertangkap basah, Bagian paling sulit sudah terlewati_sisan
ya tidak terlalu sulit hanya bersabar dan bersabar sebentar lagi. Rama terdengar mendengkur.
Anggie bergerak dan terkejut karena kepala Rama begitu dekat dengan dirinya. Rama tengah miring menghadap ke pintu, Anggie mundur tanpa mengeluarkan sedikitpun suara. Dan begitu ia kakinya berdiri dengan mantap, ia merasa aman.
Kakinya melangkah ke pintu tapi_jantungnya serasa putus oleh tangan yang terulur mencengkram lengannya dan menyentakkannya ke belakang hingga ia terjungkal dan jatuh ke atas tempat timpat tidur dan tanganya dipelintir. " Kau menyelinap ke bawah tempat tidurku, inilah yang kau dapatkan." " Berikan pistol itu?"
Anggie kesakitan oleh tekanan keras di tubuhnya, ia hampir tak bisa bernapas dan tercekik, ia terengah-engah berusahan mengambil udara untuk paru-parunya yang tercekik.
" Lepaskan pistolnya!"
Tapi tindakan pria itu yang mengejutkan membuat jemarinya terkepal menggenggam gagang pistol dengan erat.. Laki-laki itu memaku pergelangan tangannya dan menduduki tubuhnya hingga ia tak bisa menghirup udara dengan mudah, rasanya ia kan mati oleh rasa panik dan ketakutan, ia yakin malam ini laki-laki penjahat ini akan menghabisinya dan ia akan ditembak dan mati. Ia merasa yakin hal itu akan terjadi, tangannya melemah sehingga pistol lepas dari genggamannya, ohhh...Anggie merasa sangat sakit...sangat sakitt dan setengah berdesis menahankan rasa sakit yang amat sangat, otomatis lututnya melengkung. Rama melompat dan terkejut melihat Anggie yang bergelung seperti ulat, setengah menangis, ia seperti tersedak. Rama berusaha meluruskan tubuhnya agar paru-parunya bisa bernapas, tapi perempuan itu makin erat bergelung.

Rama membalikkan tubuh Anggie agar terbaring telungkup, pistol terlempar dan jatuh di bawah dinding, Anggie meremas perutnya, menggeliat, secara otomatis mengangkat bokong agar bisa kembali bernapas. Rama mencengkram pinggul perempuan itu, membantu mengangkat tubuhnya berusaha membantu bernapas lagi.

" Aku tidak bermaksud membuatmu tidak bisa bernapas."
Rama melakukan apa saja untuk membuat Anggie bisa bernapas.
" Kau baik-baik saja Suster Anggie?"
" Turunkan tubuhku."
Erang Anggie karena tubuhnya berada dalam pangkuan Rama.
" Jangan bicara dulu sampai kau bisa bernapas dengan normal."
Rama meletakkan tubuh Anggie dan menggeser tubuhnya memberi keleluasaan pada Anggie, Rama berlutut di sisi tempat tidur memperhatikan Anggie.
" Masih sakit?"
"Singkirkan tangan kotormu dari tubuhku!"
Anggie terengah-engah.
" Aku menolongmu Suster."
" Memangnya apa yang ingin kau lakukan padaku? mencuri pistolku dan menembakku?"
" Iya aku ingin menembakmu, hanya satu keinginanku mengenjahkan dirimu!"
" Oh, Tapi kau harus tahu bagaimana melakukannya." Sembari dengan sengaja mengelus punggung Anggie hingga ke bokongnya dalam satu usapan. Anggie serta merta melompat ke dinding dan berusaha mengambil pistol, tapi dengan satu gerakkan Rama berhasil menghentikannya dengan cengkraman yang keras pada tubuhnya, kekuatan seorang pria yang tidak bisa dilawannya. Rama mengambil pistol dan menodongkan pistol itu ke telinganya, " Baiklah suster jadi kau mau bermain-main dengan seorang penjahat heh."
Laki-laki itu mendorong tubuh Anggie ke atas tempat tidur dan Anggie telentang dan tak berdaya.
" Berguling!" Menyenggol punggung Anggie dengan pistol.
" Setiap kali aku bangun, sepertinya kau selalu ada di atas tempat tidurku."
" Apakah itu alasan kau menampungku di rumahmu agar kau bisa menyelinap dan tidur di samping seorang penjahat? kenapa kau berpura-pura menjadi perawat yang alim."
Hah perawata? apa yang sudah kau lakukan? mau kuingatkan lagi? pertama kamu mencukur kumisku tanpa alasan, kau membuatku terbaring menahan buang air kecil, kemudian kau tidak membuatkan sarapan, kau membuatku kelaparan, kau juga memasak makanan murahan yang memperlambat kesembuhanku dan yang terakhir yang tidak bisa disepelekan kau ingin menembakku., Kau tertangkap tangan suster Anggie saat akan melakukannya.."
" Aku tidak ingin menembakmu hanya menjauhkan pistol itu dari rumahku, kau sudah menembak seseorang hingga ia kehilangan ibu jarinya sebagai bukti, aku hanya ingin menyimpannya."
" Kau bilang tidak menembakku karena aku berhasil merebutnya."
Seperti yang aku katakan itu adala salahmu, kau suka sekali berjalan mengendap-ngendap tanpa suara."
" aku sudah menyelamatkanmu dasar kau tidak tau berterima kasih," Maki Anggie dan berpikir untuk menantang laki-laki ini.

Tidak tau berterima kasih? Rama menatap tubuh Anggie jail, " iya mungkin aku bukan orang yang kau harapkan, aku tidak bersikap sebagai orang yang semestinya mengucapkan terima kasih. sebaiknya aku akan melakukannya sekarang_ dengan caraku, membayarmu atas semua yang telah kau lakukan untukku, apakah itu yang kau inginkan?"

" Ti-tidak, aku tidak bermaksud seperti itu."
" Tentu itu niatmu, anggap saja sebagai pembayaran atas pelayanan yang kau berikan padaku."
Jangan! Anggie menyilangkan lengannya dengan protektid di depan dadanya.
Rama bergerak sangat cepat.
 

0 Response to "Cerbung Penjahat Cinta Ketiga"

Posting Komentar

wdcfawqafwef