Cerbung Penjahat Cinta Kelima



Cerbung Penjahat Cinta Kelima by Puan Harahap
Ada banyak sekali bunga berwarna biru sehingga bagi mata Rama yang tengah memandangi Anggie di taman ia bak sekuntum bunga berwarna biru juga. Ia menyipitkan mata memandangi perempuan itu yang mondar mandir memeriksa bunga-bunga yang menjalar mengitari sepanjang tembok rumah, nyaris ia berharap perempuan itu bertengger dan mengisap sari dari salah satu bunga itu karena sejak lama pula ia menganggap Anggie sebagai seekor burung kecil yang halus dan lembut.
Gerakkan Anggie yang merunduk untuk mencabut rumput liar membuyarkan angan-angan Rama, ia tersenyum diam-diam dan bokong perempuan itu terarah padanya. Bagian belakang betis terlihat olehnya dari balik rok yang dipakai. Ia memejamkan sebelah matanya, tapi membiarkan sebelah matanya yang lain tetap terbuka. Seolah sedang menoropong. Saat perempuan itu hendak berbaik ia pura-pura tertidur, beberapa lama kemudian ia memandang Anggie penuh-penuh dari jendela, ia melihat pergelangan kaki Anggie yang langsing dan menyadari bahwa Anggie adalah perempuan yang cantik, lepaskan gelungan rambut yang ketat itu, buka dua kancing teratas bluesnya, mengajari bahwa tidak masalah jika tertawa lepas, maka dijamin Anggie pasti membuat pria memperhatikanny
a. Menyadari apa yang ia pikirkan tentang perempuan itu, ia memejamkan matanya dan berpikir,burung kecil itu bukan untuknya, tetapi kenapa ia suka menganggu dan membuat kesal perempuan itu?pasti ada sesuatu diantara mereka, ketertarikkan? Bukankah kuda jantan akan mengigit betinanya ketika mereka akan kawin? -kucing betina akan mengeong dan mengeram ke kucing jantan,bahkan kelinci yang penakut pun bisa menjadi ganas jika berhadapan dengan lawan jenisnya. Anggie tampak memetik sekuntum bunga dan mengangkatnya kehidung, perempuan itu memiliki hidung mungil yang bagus. Rama memikirkan sejenis burung di mana masing-masing burung pejantan menandai kekuasaan mereka untuk mencarI makan, siburung akan mempertahankan kekuasaannya sampai ia bertemu burung betina yang menawan hatinya. Mereka akan saling menebarkan pesona, mendekat dan menjauh dari bunga pilihannya, akhirnya burung betina akan berhenti mengepakkan sayapnya dan ragu.ragu beberapa saat sambil menunggu pejantan memulai proses kawin. Si burung akan mendapatkan imbalan dengan diijinkan merasakan bunga milik burung jantan, sebelum terbang pergi menjauh dengan cepat sehingga sulit diikuti mata. Anggie juga seperti itu, menahan makanan, membuatnya kelaparan, membuat pertengkaran dan percekcokan. Rama ingat semua godaan itu. Anggie menegakkan badan dan menyeka keringat dengan punggung tangan dan menyadari Rama di jendela. " Kupikir kau sedang tidur."
" Maukah kau menemaniku berjalan-jalan keluar dari rumah, aku sudah terlalu banyak tidur."
Tapi- Anggie menatap dengan murung pada jalanan mulus dari arah lembah hingga kaki bukit yang menurun ke arah punggung bukit di atas kota.
" Apa kau takut pergi dengan boronan, perampok kereta api?"
Terkejut karena Rama menebak dengan tepat, Anggie terpaksa mengelak, " Tentu saja tidak, kenapa aku harus takut, kau seorang pria yang terluka dan aku tidak mempercayai sebelum ada keputusan yang menyatakan kau bersalah, aku tidak akan seperti orang-orang."
Rama mendahului hendak berangkat keluar dari rumah sehingga Anggie meninggalkan taman dan ikut membantu pria itu dengan mendorong kursinya. " Hari yang indah Anggie, mereka memandangi suasana yang sejuk serta segar. Anggie mendorong Rama ke arah danau di balik bukit. Keduanya sama tercenung pada hamparan pemandangan di depan mereka, serta danau berarir jernih. Rama berusaha berdiri dengan kruknya tapi ia sedikit limbung , " Hati-hati_" Anggie secara otomatis mengulurkan tangannya pada bagian yang bisa dilihatnya, dan usahanya berhasil, ia menarik Rama terlalu kuat dan pria terdorong seperti pohon tumbang, hampir membuat Anggie ikut terhempas. Sesaat kemudian Anggie mendapati dirinya terjepit dibawah tubuh Rama, satu tangan terentang di dada sementara tangan lain di pinggang celana pria itu. .Mereka berpandangan, dan senyum Rama terukir Jail, membuat wajah Anggie merona. Buru-buru dia mendorong Rama menjauh dan menyiibukkan diri membersihkan roknya.
" 'Kau baik-baik saja bukan?"
" Iya tentu."
" Lantas kenapa kau marah?"
" Kau tau kenapa aku seperti ini?"
" Memang apa yang kulakukan?"
" Kau tau itu!kau dan matamu yang jail itu."
Rama tersenyum," Aku tak berniat menganggumu, tapi kau yang memelukku."
" Aku menolongmu."
" Kau memelukku seolah takut sekali aku terjatuh..."
" Aku menyesal melakukannya." Rama menyeringai, ia suka mengganggu perempuan itu. Lantas Rama perlahan duduk di bawah sebatang pohon, pelan-pelan menselonjorkan kakinya sembari melepaskan desahan tertahan, sementara Anggie tercekat pada seekor kelinci yang muncul dari semak-semak dan pergi ke arah danau, Rama mengikuti pandang Anggie. Lantas seekor burung terbang mengitari pohon sehingga Anggie menegadah menatap ke atas, semua nampak mempesona bagi Anggie. Perempuan itu apa yang akan dilakukannya, Rama bertanya-tanya apakah dia mau duduk di dekatnya, atau pergi ke danau dan bermain air apakah dia akan terdorong melakukan sesuatu?
" Airnya terlihat sejuk dan menyegarkan."
Kata Rama akhirnya.
Anggie hanya menoleh sekilas, " katakan padaku apakah seperti itu?"
Anggie terpaku sekian lama, sampai akhirnya dia beranjak ke danau tapi dengan ragu-ragu membungkukkan badannya menyentuh air, bahkan untuk melakukan pekerjaan seperti itu Anggie berpikir panjang, dan agaknya ia tidak ingin diamati setiap gerak-geriknya. Bagian baju Anggie terkena air, Anggie mengangkatnya sedikit dari permukaan air. Rama berpikir, biarkan gaunmu basah, kemudian celupkan kakimu kedalam air dan rasakan apakah sejuk? Tapi tentu Rama tahu, Anggie tidak akan melakukannya.
" Bawakan aku sedikit air." Teriak Rama.
Anggie menoleh, sedikit bingung, " Tapi aku tidak membawa sesuatu untuk menampung airnya."
" Pakai saJa tanganmu."
Anggie berdiri, " itu saran paling konyol pagi ini."
" Tidak untuk seseorang yang kehausan."
"Jangan konyol, tidak mungkin kau minum dari tanganku."
"Jika aku bisa minum dari mulutmu saat aku tidak sadarkan diri, kenapa sekarang aku tidak bisa minum dari tanganmu?"
Bahu Anggie nampak merosot, masih dengan memunggungi Rama. " Kau benar benar menikmati saat-saat mengangguku ya."
" Yang aku inginkan hanya minum, ahh sudahlah kalau kau tidak bersedia."
Rama membaringkan kepala, dan memejamkan mata.
Tak berapa lama mata Rama terbuka oleh tetesan air yang jatuh di atas kemejanya, ia terlonjak tapi kemudian menyeringai, Anggie berdiri di dekatnya dengan tangan ditangkupkan, " buka mulutmu klo memang ini yang kau inginkan."
"Wah mimpi apa aku semalam." Rama tersenyum dan membuka mulutnya. Anggie menurunkan telapak tangannya menciptakan cekungan untuk mengalirkan air, tapi justru mengalir membasahi manset blus Anggie dan sebagian menetes di dada dan dagu Rama. Tidak ada setetes air pun yang masuk. Anggie mengira Rama akan menepiskan tangannya seperti dulu pria itu menepiskan sendok saat ia menyendokkan makanannya. Tapi ternyata Rama malah mengosok-gosoknya tangan ke dada yang basah dan menyebarkannya air kepermukaan dadanya.
"Ahh sejuk sekali." Matanya ceria dan berkilat jail." Tapi aku ingin merasakannya sedikit dimulutku."
Anggie pergi lagi mengambil air dan kali ini hasilnya lebih baik, Rama ikut menangkupkan tangannya di bawah tangan Anggie dan membimbing tangan Anggie masuk ke mulutnya, rasanya berdebar saat Kumis Rama itu yang sudah sama tebalnya dengan pertama ia melihatnya, dan ohh ia menjilat tangannya dan air di kumisnya. Anggie menarik tangannya.
" Kenapa kau tidak minum?"
"Tidak, aku tidak haus." Rama tau jawaban itu. " Klo begitu ayolah duduk di dekatku sini."
Anggie menoleh kesana dan kemari. Seolah seseorang akan memergokinya jika berani melakukannya.
"
Aku duduk di situ saja."
Sembari beranjak ke sebrang Rama.
" Kau tidak pernah kesini sebelumnya."
" Pernah waktu aku kecil."
" Kalau aku jadi dirimu setiap hari aku akan kesini," Rama menegadah menaro tangannya dibelakang kepala, " ketika aku dan kedua kakak lelakiku masih kecil, kami menghabiskan waktu selama berjam-jam di teluk menangkap kepiting, kerang bermain dengan ombak, aku sangat merindukan laut."
" Aku tidak pernah melihat laut." Kata Anggie.
" Tidak lebih indah dari ini, tapi sangat berbeda,"
" Kau mau melihat laut?"
" Aku tidak tahu_ Richar yang_ Anggie langsung terdiam.
" Richar? Siapa Richar?"
Tidak bukan siapa-siapa.
" Dia pasti seseorang, jika tidak kau tidak akan menyebut namanya."
Anggie memutari lututnya dengan tangan, " Dia hanya seseorang yang mengatakan ingin tinggal di dekat laut."
" Dia mewujudkan impiannya?"
"Tidak tau, "
" Kau kehilangan kontak dengannya?"
Anggie mengangkat bahu, " Apakah itu penting? Itu sudah lama berlalu."
Berapa lama, kejar Rama.
Anggie tidak menjawab, " Apakah Tiga belas tahun yang lalu?"
" Aku tau tentang Richar."
Anggie terbeliak ia menatap Rama tak percaya.
" Dokter menceritakannya padaku."
Napas Anggie turun naik, cuping hidunya kembang kempis.
" Dokter terlalu banyak membicarakan sesuatu yang bukan urusannya, aku menyimpan urusan pribadiku untukku sendiri. Memang seharusnya begitu."
" Lalu kenapa kau menyebut Richar?"
" Aku tidak tahu, terucap begitu saja."
" Aku tidak akan membicarakannya lagi."
" Kenapa? Apakah dia juga hal yang tabu, sama seperti yang lain?"
" Kau berbicara seperti orang bodoh."
"Tidak, aku menduga seseorang melakukan itu lama sebelum aku datang, jika tidak kau tidak akan setertutup sekarang."
" Aku bahkan tidak tahu kenapa aku mendengarkanmu, orang selalu menuruti kata hati, kau tidak bisa menahan atau mengendalikan diri, melakukan hal yang drastis kemana pun kau pergi, membuat orang syok, sehinggak kau akan selalu dikenang. Kehidupan semacam itu memang cocok untukmu, tapi aku yakinkan. Padamu, hal ini tidak cocok untukku, aku hidup sesuai standar moral yang tinggi."
" Anggie, pernahkah terpikir olehmu bahwa kau mungkin menetapkan standar yang terlalu tinggi, atau mungkin orang lain yang menetapkan standar itu untukmu."
"Mustahil ada orang yang bisa melakukannya."
" Kalau begitu, kenapa kau duduk di situ yang berjarak 5 mil dari peradapan? Mansetmu basah tapi kau tak mau mencopotnya, padahal aku tahu kau tidak nyaman dengan manset basah, tapi yang lebih buruk kau tidak mau membicarakan sesuatu yang membuatmu sakit karena ada orang bodoh yang mengatakan wanita terhormat tidak melakukan ini dan itu.? Atau menunjukkan penyesalan dan kemarahan, benar begitu? Karena seorang wanita terhormat harus menahan perasaannya, menyimpannya dengan rapi dan rapat, membicarakannya akam membuatmu terlihat seperti manusia dan mungkin kau lebih memilih untuk berpikir bahwa kau bukan manusia biasa."
Rama tau ia akam membuat Anggie marah, tapi ia juga tahu bahwa saat marah Anggie bisa meluapkan perasaannya.
" Aku diajari Tuan, bahwa semua hal itu adalah sikap yang tercela dan_ iya -bukan sikap wanita terhormat untuk mengumbar ketidakpuasannya terhadap kehidupan. Itu tidak pantas dilakukan."
" Siapa yang bilang? Ibumu."
" Iya, jika kau mau tahu."
" Huh, Rama bisa membayangkan seperti apa ibu Anggie. " Hal terbaik di dunia adalah yang bisa kau lakukan adalah keluar dari cangkangmu dan berkata, Aku pernah mencintai Richar tapi dia mencampakkan aku dan membuatku sangat marah."
Tangan Anggie terkepal erat dan berbalik menghadap Rama..."- kau_kau sama sekali tidak berhak"
" Tapi kau punya hak, tidak bisakah kau mengerti?"
" Yang aku mengerti adalah tidak seharusnya hari ini aku datang kesini bersamamu dan membuatku marah hingga aku ingin...menampar wajahmu yang menyebalkan itu."
" Itu artinya akan dua kali kau menamparku setelah aku membuatmu merasakan sesuatu. Apakah terlalu menakutkan bagimu untuk merasakannya? Jika menamparku bisa membuatmu merasa lebih baik, lakukanlah, kenapa kau tidak mendekat, aku harus membuatmu semarah apa sebelum kau melepaskan kendali dirimu?"
" Kenapa kau tidak bisa marah? Atau tertawa? Atau menangis ketika sesuatu didalam dirimu mengatakan dia harus melakukannya."
" Apa yang kau inginkan dariku?"
" Aku hanya ingin mengajarimu bahwa apa yang datang secara alami tidak seharusnya di larang."
" Oh tentu saja! Menampar, menangis _dan_dan kejadian di kursi_ di ranjang_wah..kau mau mengubahku menjadi wanita liar!"
Air mata sudah akan menggenang di pipi Anggie.
" Itu bukan hal liar, tapi kau tidak bisa melihatnya karena semua aturan konyol ibumu yang dipaksakan padamu."
" Jangan mengaitkan ibuku dalam masalah ini, sejak kau datang ke rumahku yang kau lakukan hanya mendebat dan mencari-cari kesalahanku, aku tidak akan membiarkanmu menyerang ibuku, hanya karena ibumu tidak bisa mengajarimu cara bersikap yang baik."
" Dengarlah dirimu sendiri Anggie, kenapa kau memakiku, marah padaku? Seharusnya kau menyalahkan ibumu, ayahmu dan Richar itu, atas semua yang telah mereka lakukan padamu."
" Jangan sebut nama mereka, sama sekali bukan urusanmu."
Mata Anggie berapi api saat melompat berdiri.
" Kenapa kau sangat marah Anggie? Karena aku mengatakan kebenaran? Dokter tidak perlu menceritakan banyak hal padaku untuk bisa menyimpulkannya, koreksi aku jika yang aku katakan itu salah."
" Ibumu mengajarimu bahwa seorang putri yang baik harus menghormati ayah dan ibunya meski pun itu kau harus mengorbankan kesenanganmu sendiri, ibumu mengajarimu kebijakkan adalah sesuatu yang alami dan gairah bukan, padahal yang sebenarnya justru terbalik."
"Berani sekali kau duduk di sana dan menyebarkan racunmu pada orang yang tidak bersalah.yang hanya menginginkan yang terbaik untukku."
" Mereka sama sekali tidak tau yang terbaik untukmu_ kecuali Richar, aku rasa ia cukup cerdas untuk tahu bahwa dia tidak bisa melawan kode etik yang ditanamkan ibumu yang sudah meninggal, jadi dia memilih pergi dan melepaskanmu."
" Oh jadi kau tau yang terbaik untukku Tuan?"
Anggie menenangkan dirinya.
" Mungkin."
" Dan mungkin kau akan mengepakkan sayapmu dan terbang jauh dari jeratan hukum sebelum pihak brwajib datang menjemputmu."
Pemahaman terbaca di mata Rama.
" Nah sekarang kita mulai mendekati kebenaran, iya kan? Rama mengambil kruknya, " kau terkejut seorang penjahat, perampok kereta bejat sepertiku bisa mengatakan kebenaran tentang dirimu."
" Tepat sekali." Anggie menahan kemarahannya dengan mengepalkan jemarinya.
" Biarkan penjahat ini mengatakan bahwa kau melakukan semua yang selalu kau hindari sejak bertemu denganku_ itu bisa terjadi karena aku seorang penjahat sehingga dalam beberapa kesempatan kau melupakan aturan moralmu dan kehilangan kendali, bersamaku kau melakukan hal yang tidak kau lakukan_ kau menikmati kebersamaan denganku_dan aku tahu kenapa kau mencobanya? Karena setelahnya kau bisa menghapus rasa bersalahmu dengan menimpakan kesalahan padaku sebagai pihak yang telah mendorongmu melakukannya. Toh aku hanya seorang penjahat, iya kan?"
" Kau bicara berputar-putar!" Dengus Anggie, terguncang karena Rama telah menyentuh kebenaran dan kebenaran itu terlalu mengerikan untuk diakuinya.
" Ayo keluarlah dari cangkangmu, kau membanting pintu, melempar pispot, menciumku, berteriak padaku, bahkan membuat dirimu sensual, dan disaat bersamaan kau mengetahui semua itu terasa menyenangkan. Tapi kau bisa menyalahkan aku atas semua perasaan terlarang itu, iya kan?"
" Karena aku hanyalah penjahat di sini, bukan kau. Tapi apa yang terjadi? Karena aku bukanlah penjahat tidak bermoral seperti yang kau pikirkan selama ini, katakan semua rahasia kelammu dan aku aku akan menyimpannya bersamaku.
" Aku tidak punya rahasia kelam!"
Rama berteriak dengan kemarah yang sama, " nah inilah yang selama ini berusaha aku tunjukkan!"
Lantas sunyi, mata mereka terkunci. Anggie serta merta berbalik dan pergi.
" Jangan selalu mengelak Anggie!" Sambil terseok seok menyusul perempuan itu.
" Akuilah bahwa Richar kekasih remajamu bahwa telah terjadi sesuatu diantara kalian yang membuat dia pergi meninggalkanmu," Rama diam lalu berkata lagi dengan lembut, " kepergian Richar tidak ada hubungannya dengan ayahmu,."
" Tiidak tidak itu tidak benar!" Anggie menutupi wajahnya dan mulai terisak dengan keras," kenapa kau membuka semua luka lama?"
" Karena kau berpikir semua laki-laki sama seperti Richar, itulah yang membuatmu ketakutan."
Pada saat itu Anggie berbalik dan memukuli dada Rama, meski tidak sampai membuat laki-laki itu jatuh.
" Aku benci kau Richar, aku benci kau! Benciii."
Anggie seperti lupa diri memukuli dan mencakar dada serta leher Rama hingga meninggalkan dua bekas cakaran merah di sana, Rama membiarkan, hanya berbisik lembut, " Aku bukan Richar, aku bukan Richar Anggie."
" A_aku tahu aku tahu.."
Desah Anggie isaknya sembari berbalik membelakangi Rama..
Rama meraih tubuh Anggie,menarik lengannya dan dengan lembut membuka manset perempuan Itu yang sudah semakin basah," A_apa yang kau lakukan?"
" Aku melepas mansetmu agar kau tidak semakin basah dan masuk angin." Lantas memeluk tubuh Anggie, mengusap kepalanya dengan lembut, menempelkan pipinya untuk memberikan perasaan aman, " Anggie kau burung kecil yang lembut dan manis."
Anggie menyandarkan tubuhnya masih dengan isak, ia merasa sangat lelah dan ingin istirahat.
 

0 Response to "Cerbung Penjahat Cinta Kelima"

Posting Komentar

wdcfawqafwef