Cerbung Penjahat Cinta Pertama

 
Cerbung Penjahat Cinta Pertama by Puan Harahap
Hari merangkak malam ketika terdengar suara-suara
di depan rumah. Perempuan muda yang menghuni rumah tersebut beranjank mengintip di tepi gorden. Bertanya-tanya ada apa dan mengapa di depan rumahnya?

" Suster Anggie tolong!!! ada orang terluka."
Teriakan di depan pintu, Anggie serta merta membuka dan melihat dua orang pria tengah di bopong untuk memasuki rumahnya.

Nalurinya sebagai seorang suster serta merta membuka pintu lebar-lebar dan membiarkan orang-orang desa tersebut masuk dan meletakkan dua pria yang terluka itu di masing-masing kamar yang dimiliki Anggita.

Bukan tanpa sebab mereka membawa dua laki-laki itu, Anggita adalah satu-satunya yang bisa diharapkan untuk menolong nyawa kedua orang itu, meskipun gadis itu bukan seorang dokter. Tetapi setidaknya dialah yang tau cara menolong nyawa kedua orang itu. Keberadaan dokter sangat jauh beberapa kilo dari tempat kejadian, tapi pria yang membawa laki-laki yang terluka itu berjanji akan menjemput dokter dengan segera.

Anggie menghela napas sembari berpikir untuk segera memberikan tindakan pertolongan pertama pada kedua laki-laki tersebut. Cerita yang simpang siur dari pembawa laki-laki itu. Salah seorang dari orang--orang itu berkata tentang perampokan di jalan sana, tapi siapa yang dirampok dan yang merampok tidak jelas.

Anggie memeriksa laki-laki pada kamar yang dekat dengan ruang tamu, seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun, lebam-lebam akibat pukulan nampak di sekitar wajah, dan tangannya tampak penuh darah, cepat anggie mengambil perangkat obat dan membawanya ke ranjang. Dalam sekejap ia sudah membalut pria itu dan membersihkan tubuhnya dari noda darah.

Pria di kamar belakang keadaannya lebih parah, kemejanya penuh darah yang mengucur dari sekitar hidung atau mulutnya, Anggie menyeringai melihat tampang pria itu, kumis hitam tebal serta jambang di rahangnya, sekilas ia nampak menyeramkan. Anggie berpikir jangan-jangan pria inilah rampok dan penjahatnya sedang laki-laki di depan adalah korbannya. Apa sebaiknya ia lebih baik mati saja daripada nanti mengulangi perbuatannya? Tapi Anggie menepis pikiran itu. " Bagaimanapun ia manusia juga sampai hukum menyatakannya bersalah..."
Anggie buru-buru meletakkan perangkat obat dan lap yang lembut serta air yang hangat untuk mengompres dan membersihkan pria itu. Entah kenapa tiap kali melihat kumis dan jambang pria itu, ia merasa takut dan geli...dicobany
a untuk tidak melihat tetapi tidak bisa karena wajah dan darah di sekitar hidung dan bibir pria itu harus dibersihkan dan diberi obat, untuk mempercepat kering lukanya, Anggie juga melihat robek besar celana panjang di bagian pahanya, setelah luka di wajah, Anggie berencana melihat ada apa di balik celana yang robek itu.

Meskipun Anggie pernah juga merawat pria, tetapi entah kenapa terhadap pria ini jantungnya berdebar-debar, apakah karena piirannya terhadap pria ini atau hal lain Anggie tak mengerti.

Anggie menarik kaki pria itu yang panjang dan besar, meloloskan sepatu dan kemudian kaos kakinya, lantas mengintip ke dalam dan terkejut karena darah
serta luka yang sangat parah. Ooh apa yang harus aku lakukan? lukanya sangat dalam.
Anggie tau dia harus melakukannya dengan serius.

Maaf, aku harus membuka celana anda ini, batinnya sembari menyentuh tali pinggang dan meloloskannya dengan membalikkan sedikit tubuh besar dihadapannya, Jantungnya kembali berdetak keras, ketika ia menarik celana pria itu dan meloloskannya melalui kaki yang berbulu namun kulit yang bersih dan halus, Anggie merasa merona, darah memenuhi pipi dan hidungnya.

Luka menganga dan sangat dekat dengan sesuatu yang mengembung di balik celana dalam pria itu, lagi-lagi membuat Anggie merona, tapi ia harus membersihkan luka tersebut dan memborehnya dengan obat. Jemarinya gemetar karena gelembung
dibalik celana pria itu. Ia tarik kaki itu hingga melengkung dan terbuka lebar, dengan begitu ia bisa leluasa menyentuh kulit yang terluka dan membersihkannya, sepertinya luka akibat moncong senapan yang peluru yang dimuntahkan sangat dekat, untung saja tidak menerjang gumpalan di balik celana dalam, kalau itu terjadi alangkah kasihannya pria ini, tapi uhh apa perduliku, aku hanya membantu merawat mereka dan mendapat bayaran. Anggie merasa lega, karena tidak ada peluru di dalam luka yang menganga itu, tapi bisa dipastikan sakitnya tentu luar biasa dan banyak kehilangan darah. Beberapa waktu Anggie berkutat di selangkangan pria itu, hingga ia yakin sudah memberikan yang terbaik, lantas dilihatnya kemeja yang penuh noda darah, terbersit untuk membukanya dan menjauhkan pria itu dari noda dan kotor.

Tapi ia tidak menemukan kemeja pria di tempatnya, hal itu tidak membuatnya mengurungkan niatnya. Anggie mulai membuka kancing kemeja pria yang terbaring tak berdaya itu satu demi satu, jantungnya kembali berdebar melihat bidang dada yang ditumbuhi bulu-bulu halus, agaknya pria ini ditumbuhi bulu seluruh tubuhnya, hal yang membuat Anggie merinding tanpa tau alasannya , apakah ia tidak suka
dengan pria berbulu atau sebaliknya tak jelas.

Lega telah menyingkirkan celana dan kemeja yang penuh noda dari tubuh pria itu, lantas menutupnya dengan selimut hangat, berharap keadaan pria itu membaik.

Baru beberapa menit rasanya terbang kealam mimpi ketika Anggie mendengar rintihan pria yang di kamar belakang, Anggie beranjak melihatnya dan mendapati pria itu bergerak dan merintih kesakitan....Anggie memeriksa dan tubuh pria itu terasa panas, dia demam dan menggeliat-geliat...ohh Tuhan dia sekarat!!! bagaimana ini? Anggie panik, belum pernah ia menghadapi situasi seperti ini, selama ini tugas-tugasnya di sebuah klinik tak lebih dari sekedar membantu tugas dokter, merawat atas pengawasan dokter...ia lihat luka di dekat selangkangan pria itu. Hal pertama yang dilakukannya adalah meletakkan kompres di kening pria itu, lukanya berdarah dan ia bisa kehilangan nyawanya akibat kehabisan darah. Anggie mencari-cari sesuatu untuk menghentikan darah. Teringat neneknya bahwa gandum hitam kering yang selalu tersedia di rumah itu sangat bermanfaat untuk luka kecil dan besar. Serta merta Anggie menumbuk segengaman gandum hitam dan memborehi luka pria itu. Ohhh....ohhh...rintihan pria itu membuat Anggie menggigit bibir, rasanya ia yang mengalami luka tersebut, Tuhan tolonglah pria ini, tak perduli berapa besar dosanya, tak perduli ia penjahan atau bukan, tapi jangan biarkan ia mati di sini Tuhan. Anggie mengompres dengan alkohol dan mulutnya komat-kamit berdoa.

Kepala pria itu bergerak ke kiri dan kanan, bibirnya pucat dibawah kumis dan cambang...kering serta panas, ia harus minum. Secepat kilat Anggie memanaskan kaldu daging dan membawanya kedekat pria itu. Tapi masalahnya mulut pria itu
tidak mau membuka. Anggie terus mencari akal agar Pria itu bisa minum dan tidak kehabisan cairan, Ia tahan mulut pria itu dengan jemarinya lantas memasukkan cairan dengan sedotan, tapi pria itu sama sekali tidak ada daya untuk menghisap.

Keinginan keras untuk menolong nyawa pria itu membuat Anggie melakukan hal yang tidak biasa, ia yang menghisap kaldu tersebut lantas menahannya didalam sedotan dan memasukkan ke dalam mulut, untunglah ada syaraf di dalam diri pria itu yang bekerja sehingga cairan tersebut tertelan dan tertelah setiap kali Anggie melakukannya.
Tubuhnya serasa sakit dan pegal, jemarinya tergigit pria itu ketika melepas jemari dari menahan mulutnya, ouh Anggie mengeluh oleh gigi yang menancap, serta merta ia menghisap darah yang keluar dari kulitnya, tetapi yang terasa adalah air liur pria itu yang asin, oeee keterlaluan...pikirnya hampir muntah.

Tak ada daya lagi setelah Anggie menolong pria itu, rasa lelah serta malam yang berangin membuatnya jatuh tertidur di dekat pria penjahat, itu yang dipikirkan Anggie tetapi penjahat yang terluka dan tidak bisa apa-apa untuk saat ini.

Pagi harinya, ketika ia membersihkan gumpalan kapas yang berserakkan penuh darah, kain kasa, mangkok, herbal pintu rumahnya di ketuk, untunglah dokter datang, Anggie merasa tenang sekarang.

" Keadaannya baik, kamu sudah merawatnya dan melewati masa kritis.."

" Sebelumnya aku tida pernah tahu betapa sulitnya menyelamatkan nyawa orang."

Anggie tidak menyembunyikan rasa frustasi dan kelelahan yang menerpanya.

" Dia akan membaik dengan cepat, aku memberinya obat yang terbaik..hemmm."

Kemudian pria yang di depan yang keadaannya jauh lebih baik dan tidak parah meminta agar diijinkan ikut dokter ke kota, dan diiyakan oleh dokter.

Siang berganti malam, Anggie memiliki pekerjaan membuat pria yang terluka itu menelan makanannya, tetapi sesuatu di atas bibir pria itu sangat menganggunya.. Ia tidak pernah suka dengan pria berkumis dan memiliki cambang, Anggie gemetar melihat kumis hitam yang berbaris di atas bibir pria itu, iiihh menjijikan!! kenapa pria mau memiliki sesuatu yang tajam dan tidak menarik di wajahnya?
Tapi...ahh tidak tajam, Anggie mengingat saat ia memasukkan cairan dengan sedotan, kumis pria itu tidak tajam melainkan lembut seperti sutra....ahhh aku pasti salah ingat, kumis itu sangat tajam...
Sesuatu terpikirkan dan Anggie tak bisa menahan rencananya mencukur habis kumis pria itu...

Melihat pria itu tertidur tenang, Anggie menyiapkan alat cukur, dan lagi jantungnya berdetak keras saat mulai menyentuh bulu-bulu di atas bibir pria itu. Haaa...sekarang dia tampak sebagai pria baik-baik. Hanya saja jantungnya kembali berdebar mengingat bagaimana kalau pria itu marah karena kumisnya telah hilang? ohhh...Anggie menjadi ketakutan sendiri dan bergegas.

Malam harinya pria itu demam panas dan merintih-rintih, Anggie puluhan kali mengganti alat kompres dan memboreh luka di selangkangan pria itu, ketika agak tenang Anggie menanyakan namanya.
" Tenanglah, anda hanya terluka kecil, siapa nama anda?..."

" Aku di mana? di mana aku?"
" Di rumahku, dalam perawatanku."
Siapa namamu?
" Rama, Rama....."
" Jadi nama anda Rama?."
Setelah menyebut namanya pria itu pingsan lagi. Terbangun dan merintih, sehingga Anggie tak bisa pergi ke kamarnya melainkan kembali tertidur di dekat pria bernama Rama tersebut sembari menggenggam alat kompres.

Pagi sekali kehangatan mentari pagi menyentuh wajah Rama, ia membuka mata dan menyadari sesuatu di selangkangannya, ia menunduk dan melihat tangan yang menyentuh selankangannya. Kepala serta rambut yang bertebaran di sekitar
kakinya serta tubuh yang tergolek di pinggiran ranjang dengan kaki menjuntai...

Oh siapa perempuan ini?
Singkirkan tanganmu..
Kesal. marah sekaligus malu menguasai Rama, apa lagi tubuhnya nyaris telanjang, hanya mengenakan celana dalam, jadi bisa dipastikan seluruh tubuhnya sudah dilihat perempuan itu. Lantas ia meraba atas bibirnya dan terkejut karena jemarinya tidak merasakan bulu-bulu halus yang menjadi kebiasaan baginya mengelus.

Perempuan jalang! beraninya kau!
Heiii nenek sihir! perempuan jalang, bangun!!! dan pergi dari tempat tidurku!!!

Perempuan yang mau dengan sendirinya tidur di dekat seorang laki-laki menurutnya adalah perempuan jalang apapun alasannya.
Anggie terbangun dalam tatapan kemarahan laki-laki itu.

" Anda sudah bangun Rama?"
Tetapi jawabannya sangat mengejutkan Anggie, " Perempuan jalang! kau tidur denganku dan menyentuhku!! memangnya kau siapa?"

" Apa maksudmu? aku merawat anda beberapa malam ini, sampai aku tidak sadar telah tertidur
di dekat anda, aku juga tidak akan sudi tidur di dekat penjahat sepertimu!"

Anggie merentak marah, kelelahannya, pengorbanannya tak dihargai sama sekali.

" Siapa yang penjahat, aku bukan penjahat!"
" Kata orang desa kau berkelahi dengan seseorang
di lembah sana, kau melukainya tapi kau juga terluka...seharusnya kau berterima kasih padaku karena aku sudah bersedia menolongmu di saat tak satu orang pun mau memberikan tempat padamu."

" O, jadi karena itu kau merasa berhak tidur di dekatku, menyentuh tubuhku dan mencukur kumisku?"

Glek, Anggie menelan ludah, tapi ia sangat lelah dan merasa tak sanggup melawan pria ini, ia segera pergi dengan langkah menghentak. Lalu kembali tidur di kamarnya, ia tidak mau memasak sarapan untuk laki-laki yang agaknya pemarah dan hesteris itu. Tapi matanya segera terbuka mendengar teriakan Rama.

" Ohhh aku kesakitan dan lapar!!! tempat perawatan macam apa ini? kenapa aku tidak dibawa ke rumah sakit? heiii heiii nona...mana sarapanku?

" Kalau kau mau perawatan dan makan, bersikaplah yang baik!!!"

Teriak Anggie, lantas menggelung rambutnya dan pergi ke dapur. Ia membuat minuman hangat dan memanaskan masakkan. Hanya saja darahnya bagai mendidih ketika pria itu memuntahkan makanan yang dibuatnya.

" Kau mau membunuhku ya? makanan ini seperti racun."
" Apa? kalau begitu tidak usah makan!"

Pertengkaran itu akan menyala lebih besar kalau saja tida ada yang mengetuk pintu, ternyata orang desa yang hendak melihat Rama dan mengantar barang-barang pria itu.

" Anda sudah terlihat membaik, syukurlah. Suster Anggie memang suster yang bisa diandalkan, pria itu agak ramah pada lelaki berwibawa yang mengunjunginya.

Jadi namanya Anggie, dan pria setengah baya yang mengunjunginya itu bercerita tentang siapa Anggie, seorang gadis yang mandiri, baik serta pintar. Dia sangat disayangi oleh semua orang di desa itu, " Jadi jangan menyulitkannya, kita justru harus berterima kasih padanya."

Maka sampai sore Rama hanya diam saja, begitu pun Anggie ia hanya datang ke kamar Rama saat mengantar makanan, memberikan obat dan keperluan lainnya. Juga mengantarkan pispot saat pria itu ingin buang air. Itu pun Anggie melakukannya dengan setengah hati dan cemberut. Dasar penjahat, batinnya selalu mengutuk.

Hingga suatu pagi ketika pria itu semakin membaik, Anggie baru saja selesai meletakkan sarapan Rama dan beranjak keluar ketika Rama menghentikannya.
" Gie! jangan pergi dulu!"
Tapi Anggie mengacuhkannya, " Jangan pergi kataku!"
Anggie menoleh dan tersirap melihat acungan pistol di tangan Rama."
" K...kau!"
" Aku sangat kesal dengan cara merawatmu! karena itu aku ingin membalas rasa sakit hatiku."
" Sakit hati? sudah untung....'
" Diam! dan berjalan kesini! cepat!!!"
Mata Rama melotot dan ketegasannya serta pistol yang siap ditembakkan membuat seluruh tubuh Anggie merinding. Ia melangkah mendekat.
" Di sini! lebih dekat lagi."
" K..kau mengancam orang yang merawatmu?"
" Merawat apa? kau mengambil keuntungan juga dariku."
" Keuntungan apa?"
" Diam, sekarang lakukan apa yang aku mau!!"
Besi yang dingin menyentuh pangkal leher Anggie.
" Cium bibirku!!! cepat!"
Anggie terkesiap oleh permintaan itu, tetapi moncong pistol serta tekanan di kepalanya membuat Anggie tak berdaya, ia duduk di sisi tempat tidur dan merunduk untuk menyentuh bibir pria penjahat itu. Anggie sangat kaku dan malu.
Cups, Anggie meletakan bibirnya di atas bibir Rama. Tapi itu tidak memuaskan pria itu ia kembali meletakkan moncong pistol pada belahan di dada Anggie.
" Bukan ciuman seperti itu! buka mulutmu dan cium aku!"
" Anggie kembali merunduk sambil memejamkan matanya, jantungnya berdebar-debar oleh rasa takut dan juga benci teramat sangat."

Rama lantas menarik tubuh Anggie hingga jatuh ke dadanya yang bidang dan berbulu, Membalas ciuman Anggie, melumat dan menggigit tepi bibir perempuan itu, " Ini balasan untuk telah lancang mencukur kumisku." bisik Rama di leher Anggie.

Lalu besi moncong pistol diletakkan pada leher Anggie, " Buka kancing bajumu."

Anggie menolak dan hampir menangis, tapi pukulan kecil dengan gagang pistol di lengannya, membuatnya menurut, dan Rama tak melepaskan pandangannya dari dada perempuan itu. Tiga kancing terlepas, dan Rama dengan ujung pistol melebarkan bukaannya ke kiri dan kanan.
" Ini untuk balasan karena setiap hari kau menyentuh dadaku dan seluruh tubuhku, gumam Rama."

Anggie menggigit bibirnya saat Rama kembali menarik tubuhnya mencium lagi bibirnya disertai todongan pistol ditubuhnyà....ohhh...Anggie ingin berontàk tapi ketakutannya pada bèñda ditangan laki-laki itû lebih besar. Ia ,membeku Di dàlàm kekuasaan laki-laki itu.

kenapatiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh menjalari tubuhnya seolah-olah meminta lebih Dan lebih. Anggie terlena tetapi Rama menghentikannya, " Cukup!!!, aku akan membalasmu lain kali lagi. sekarang pergilah."

Anggie menarik tubuhnya lantas lari dan menangis di kamarnya, serasa sangat terhina.

Penjahat Cinta 2.

Anggie terengah-engah di kamarnya. Jemarinya mengepal-ngepal penuh kemarahan _apa yang dia lakukan padaku? Anggie sangat marah atas apa yang telah dilakukan pria itu? tiba-tiba ia menghentak keluar dari kamarnya dan sekejab kemudian sudah ada di depan pintu kamar laki-laki yang dengan santai mengangkat wajahnya menatap pada Anggie.
" Aku ingin kau keluar dari rumahku?"
Teriak Angie garang.
" Jangan lupa siapa yang memegang pistol."
Angie seperti tersedak.
Rama tersenyum kecil, " Lagi pula aku belum bisa berjalan, alasan apa yang akan kau berikan pada orang-orang saat tau kau mengusir pasienmu yang tak berdaya? apa kau berniat mengatakan pada mereka semua karena pria malang itu mengajarimu bagaimana cara mencium yang baik?"
" Arrghh, tidak akan adaa yang bertanya!! sejak awal tidak ada satu pun dari mereka yang sudi menampungmu, mereka tidak akan menyalahkan aku, jika sekarang aku mengusirmu."
" Sebenarnya aku sudah bermaksud membicarakan hal ini dengan dokter, aku tak sudi dirawat disini, tapi menurutnya kau satu-satunya orang yang menawarkan diri merawatku, yahhh aku sudah berniat untuk berterima kasih padamu karenanya."
Kata-kata Rama membuat darah Anggie mendidih, disisi lain ia memang berpesan pada dokter agar mengingatnya jika ada pasien yang membutuhkannya, ia sangat perlu uang untuk kehidupannya, tapi....oh bukan pasien seperti pria ini, yang seperti orang bodoh berterima kasih padanya setelah apa yang baru saja dilakukan pria itu. Ucapan terima kasih tidak lagi penting, Dokter dan perusahaan kereta api yang akan membayarnya.
" Aku tidak butuh terima kasihmu, perusahaan yang akan membayarku untuk merawatmu sampai mereka datang untuk membawamu, hanya itu yang kubutuhkan."
Rama malah tertawa terbahak-bahak. " Apa kau berpikir kenapa mereka
menginginkanku,? nona Anggie." Matanya berkilauan pada baju tidur Angie, pandangan jail.
" Tentu saja untuk memenjarakan seorang perampok di kereta, apa lagi?"
Ingin sekali Anggie menghapus senyuman menjijikkan dari wajah Rama.
" Aku akan pergi ke stasiun hari ini dan mengirim email kepada siapapun yang berwenang datang ke sini untuk membawamu."
" Mereka bisa membawamu dalam keadaan terluka, berkumis atau apapun!"
" Kau kan kehilangan uang yang bisa kau dapatkan selama masa pemulihanku."
" Aku tidak perduli! aku tidak akan kehilangan apa-apa selama kau bisa segera pergi dari sini, dasar kau makhluk kotor menjijikkn!" jerit Angie.
" Cukup!" Putus Rama keras. " Keluar dari sini dan segera berpakaian, Kau harus membuatkan aku sarapan sebelum aku memutuskan untuk membalasmu karena memberiku pelayanan jelek, bagaimana seseorang pasien bisa cepat sembuh dengan sarapan yang terlambat dan tidak bergizi."
Angie mengatupkan gerahamnya sehingga giginya terasa gemeretak menahan amarah, ia lantah berbalik dan bergegas pergi. Sementara Rama menghempaskan kepalanya kebelakang dan tubuhnya terguncang karena menahan tawa, lantas mengambil sesuatu di bawah tubuhnya, mengelus pistol kosong tersebut, dan ia letakkan lagi.
***
Anggie berlama-lama melakukan pekerjaannya, ia tidak berniat memasakkan sarapan untuk Rama. " Hei mana sarapan untuk pasien?"
Rama beberapa kali berteriak, " Kenapa lama sekali?"
" Aku sudah Kelaparan!"
Angie tak bereaksi, ia ingin segera pergi ke kota begitu hari sedikit lagi agak siang, tapi ditengah kepuasannya membiarkan orang bodoh di kamar sebelahnya menderita kelaparan, terdengar lagi teriakan Rama, " Aku tidak mencium bau masakkan, Aku memiliki pistol yang bisa langsung kutembakkan menembus dinding di tempat yang aku yakin sat ini kau berada, apa aku harus mencobanya?"
Jawaban yang diterimanya hanyalah suara panci yang dibanting. Angie memutuskan akan membuat sarapan agar pria itu berhenti berteriak, tapi ia tidak mau membuat makanan yang merepotkan, ia akan buat makanan yang paling cepat dan murah dan paling tidak bisa menghentikan pria itu.
Ia memasak mie rebus.
" Cepatlah, kenapa kau lambat sekali?"
Angie masuk membawa baki makanan.
" Kau membawa telur orek lagi?"
Angie diam saja tetapi matanya mencari-cari pistol tapi ia tidak melihatnya.
" Teriakanmu terdengar sampai kemana-mana!"
" Baguslah biar orang-orang tau pasien tidak dirawat dengan baik dan kelaparan, dan mereka akan membawakan aku makanan yang layak dan membawaku kerumah sakit terbaik."
" Kau_ kau memang tidak tahu diri! kurang ajar!" Maki Anggie menahan kesal.
" aku sangat lapar, meski aku tidak menyukai menu ini.."
Anggie melengos, satu-satunya yang terpikir untuk meluapkan kejengkelannya adalah, " Bahkan binatang sekali pun mandi dan mencuci wajahnya dulu sebelum makan,"
" Oh yaa, sebutkan satu saja binatang itu?" Balas Rama sambil menghirup kuah mie rebus.
" Monyet."
" Monyet? heh dia mengalami situasi sepertiku? aku kelaparan setiap saat."
Angie diam, merasa heran kenapa dia meladeni pria ini.
" Enak juga, mungkin karena aku kelaparan, tolong tambah lagi."
Anggie pergi mengambilkan sisa mie dan mencurahkannya ke mangkuk Rama, ia berharap selanjutnya Rama bersikap baik, tapi apa mungkin?.
" Jadi setelah berhasil menjingkirkan aku,kau bisa melamar menjadi tukang mie di restoran."
Angie diam masih mencari-cari di mana Rama meletakkan pistolnya.
"Aku ingin air hangat untuk mandi dan bercukup, kau dengar?"
Anggie mengangkat wajahnya ia sangat bisa membandingkan dan mengukur sejauh apa seseorang bisa bersikap kasar dan sok berkuasa, tapi Rama mencetak rekor dunia!
" Inih, mandi saja sendiri.!"
Angie membawakan air yang diminta dengan sikap sekasar mungkin, Rama tertawa terkekeh, " kau nampak kesal sekali pagi ini."
Anggie bisa mengetahui dari ruanga sebelah bagaimana Rama mandi, ia mencipratkan air, berseru betapa menyegarkan dan indahnya hari ini. serta ini dan itu, tapi anggie tidak perduli, beberapa kali justru menjadi sangat marah pada dirinya sendiri karena hampir tersenyum. " Sekarang aku sama segarnya dengan bunga mawar yang baru mekar, dan wangi kesinilah dan cium sendiri kalau kau tak percaya."
Meski pun jauh dari ruangan itu, tak ayal kata-kata Jesse membuat Anggie merona, seumur hidup baru ada pasien yang seperti Rama.
Dan saat Anggie mengabaikan permintaan Rama lagi, terpaksa Rama mengingatkan kalau ditangannya tengah tergenggam pistol yang siap ditembakkan, terpaksa Anggie datang membawakan alat mencukur. Angie berharap ia akan menggunduli Rama tapi ternyata Rama tau pikiran angie dan mengusirnya dengan pedas, " Setelah yang kau lakukan dengan jambang dan kumisku, apa kau kira aku akan membiarkanmu mencukurku, aku bisa melakukannya sendiri."
Anggie bergegas pergi. Tapi, " siapa yang menyuruhmu pergi, pegangi cermin ini."
Pegang Sendiri! teriak Anggie.
Tolonglah..
Itu kata ajaib, Anggie tergerak.
" Maaf apa kau minta tolong tuan Rama?"
" Ya, aku minta tolong dan kau pasti mendengarnya, jadi berhentilah merasa berpuas diri dan pegang ini."
" Ya, bagaimana mungkin aku menolak seseorang yang sangat sopan."
Sindir Anggie.
Hingga akhirnya selesai. Anggie berpikir untuk pergi diam-diam ke kota dan menceritakan maksudnya tetapi hari itu tidak ada seseorang pun yang bisa memuaskannya, penjaga tidak tau nama orang yang akan dikirimi emal atau kabar, menurutnya orang yang menangani kasus Rama sedang cuti. Yang lain berkata bahwa Anggie tidak bisa langsung meminta perusahaan mengurus Rama melainkan harus melalui prosedur, Anggie harus menghubungi dokter yang mengawasi perawatannya, ternyata dokter juga sedang ke kota besar. Huh hari yang menjengkelkan bagi Angie, orang-orang di desa kecil itu terbatas sekali bahan pembicaraan mereka sehingga lebih baik tak banyak berinteraksi dengan mereka, Angggie berbelanja beberapa barang yang ia butuhkan dan sedikit bercakap-cakap dengan pemilik toko.
Anggie tiba di depan rumahnya dan sebelum masuk memeriksa wajahnya, merapikan rambutnya, lengan baju, rok dan menyentuh dagunya...
" Apakah masih kencang?"
Anggie terlonjak oleh suara berat Rama, tangannya menekan dada.
Rama ternyata tengah berdiri sambil bersandar di ambang pintu, sebelah tangannya di topang kruk, tubuhnya terbungkus selimut. Agaknya dokter telah datang dan mampir sebelum berangkat ke kota besar, uhh ia melewatkan kesempatan bertemu dokter, padahal ia ingin menyampaikan hal yang penting dengan dokter.
" Apakah masih kencang? harusnya masih, mengingat caramu yang selalu mengangkat dagumu hingga ke langit-langit sepanjang waktu."
Seolah tidak senang dengan perkataan Rama, Anggie tak sadar mengangkat dagunya, " Jika kau sudah bisa bangun, kau pasti cukup kuat untuk pergi dari rumahku."
" dokter bilang aku harus dirawat lebih lama lagi, aku hanya bosan di tempat tidur, sebenarnya aku tidak seperti yang terlihat."
" Kau berkeliaran di luar dengan selimut itu, bagaimana kalau ada yang melihat?"
" Memangnya kenapa?"
"Aku memiliki reputasi yang harus dijaga!"
" Ohh jangan lebay suster Anggie."
Anggie menatap kesal, " Kalau kau jatuh aku tak mau mengangkat dan membantumu huh,"
" Apa kau ke kota dan bertemu seseorang yang kau inginkan?"
Iya, jawab Anggie berbohong.
" JIka kau ingin menyingkirkan aku sebaiknya beri aku pelayanan yang baik dan makanan yang layak."
" Iya aku membelikan daging dan susu agar kau cepat sehat dan pergi dari rumahku."
Rama tersenyum, Anggie bergegas.
***

Nanti malam saat dia tidur aku akan mengambil pistolnya. Anggie melirik laki-laki itu.

0 Response to "Cerbung Penjahat Cinta Pertama"

Posting Komentar

wdcfawqafwef