Cerbung Penjahat Cinta Ke Empat


Cerbung Penjahat Cinta Ke Empat by Puan Harahap
Itu adalah minggu yang cerah dan segar, dengan langit sebiru lautan luas. Tapi sepanjang hari itu sulit sekali bagi Anggie memusatkan perhatiannya. Bahkan saat sholat dan berdoa meminta pengampunan atas responsnya yang tidak terkendali di malam itu. Ia merasa kulitnya berdesir lembut dengan ingatan itu. Oh seorang laki-laki sudah menyentuh dirinya, ohh ia sudah berdosa dan bersalah, kesalahan yang sangat besar, Tuhan sangat marah pada seorang perempuan yang membiarkan dirinya disentuh laki-laki, meskipun Rama tidak menuntaskannya tapi sentuhan dan ciuman itu sudah merupakan zina dan dosa besar...Anggie menunduk memejamkan matanya tapi lagi-lagi ingatannya kesana, saat jemari Rama menyentuh tengkuk leher untuk merapikan rambutnya, Anggie menggeleng-gele
ngkan kepalanya seolah tak mau mengingatnya, ia adalah gadis alim dan sudah membuat dosa meskipun tidak semua karena kesalahannya. Ia selalu serius menjalani kehidupannya, hanya saja yang terjadi kemarin dan semalam sedikit menggoda dan membuatnya terlena, tapi, ia tidak layak mendapatkan perlakuan seperti itu. Selesai berdoa ia mendengar pintu rumahnya di ketuk, ternyata Dokter dan pasien terdahulunya yang lebih dulu pulang sebelum Rama.
" Apa kabarmu Suster?"
" Dokter, aku mau bicara padamu."
Anggie menarik sang dokter ke ruangan lain.
" Ada apa Suster? Apakah ada yang salah dengan pasien kita itu? Dia semakin membaik ya?"
" Iya, dia sudah membaik, tapi...
" Bagus bagus sekali...tungkai dan tangannya akan menjadi kaku seperti batang jika kau tidak membantunya bergerak, beri dia makan yang bergizi dan pastikan dia menghirup udara segar berjalan-jalan di sekitar rumah."
Anggie tercekat...dokter malah memotong hal yang ingin ia ungkapkan. " Dia sudah boleh berjalan keluar ruamah untuk mendapatkan suasana hati yang membuatnya terbantu untuk sembuh."
" Keluar rumah? Pria itu tidak punya pakaian! Kemarin dia ke halaman hanya dengan selimut."
Ha ha ha, dokter tertawa, aku tidak terpikir hal itu saat membawanya kemari, hemm kurasa kita harus membelikan dia beberapa potong pakaian, perusahaan akan membayar untuk itu..."
" Dokter! " Anggie tak sabaran, " Dan apa yang kau pikirkan saat mengembalikan pistol itu padanya? Dia...dia mengancamku dengan pistol itu setelah semua yang kulakukan padanya."
Dokter merengut khawatir, "mengancammu?"
" Eh eh...memang tidak serius dia hanya meminta dibuatkan daging sapi panggang untuk makanannya."
Tiba-tiba dokter menduga ada semacam permusuhan yang terjadi diantara mereka berdua yang bersifar keras, dan kecurigaan itu berkilat di matanya, " Dan dia mendapatkan daging panggangnya?"
Wajah Anggie merona, lalu menyibukkan diri dengan sarung tangannya, " i-iya dia mendapatkannya."
Dokter tersenyum kecil memasukkan jamari ke kantong celananya dan bergumam, " Jail sekali dia, mengingat pistol itu tidak ada pelurunya.
" Apa!" Anggie merasa terguyur bongkahan es.
" Kau tidak berpikir aku mengembalikan padanya pestol yang berisi peluru,kan?"
" A-aku.." Anggie merasa sangat bodoh...a..aku seharusnya tau..
" Tentunya seharusnya kau tau, aku minta maaf telah menyusahkanmu, sepertinya hubungan kalian kurang baik."
" Pria itu tidak menyakitiku dokter, tapi dia pria yang kasar, kurang ajar dan sombong dan aku sudah mulai muak menampungnya di rumahku, semakin cepat dia pergi semakin baik."
" Aku segera mengurus surat surat pelepasannya agar pihak berwenang kereta api datang untuk menjemputnya, oia pemuda yang bernama Maxkenzie, dia datang bersamaku."
Mereka tersadar telah beberapa menit mengabaikan seseorang yang menunggu di ruang tamu, Anggie lalu menemui Max dan dokter masuk ke ruangan Rama.
" Suster, aku hanya ingin memberi hadiah ini padamu, sebagai tanda terima kasihku, aku pemilik pabrik sepatu di kota ini, khusus membuatkannya untukmu."
Laki-laki itu yang dulu datang ke rumahnya bersama Rama membuka bungkusan dan mengeluarkan sepasang sepatu yang cantik, ia berjongkok untuk memakaikan sepatu tersebut di kaki Anggie.
" Wauuu sepatu baru yang cantik suster Anggie.."
Dokter merekah tawanya melihat Anggie tangah mencoba sepatu tersebut, Rama juga keluar bersama dokter dan ikut melihat sepatu berwarna marun yang sangat pas di kaki Anggie yang putih dan lembut.
" Terima kasih, kau tak perlu membuatkan aku sepatu mahal dan cantik ini Tuan Max, sudah tugasku merawatmu."
Max hanya tersenyum, kuharap kau menyukainya suster."
" Ya tentu saja, terima kasih tuan Max."
Dan berakhir dengan kepulangan dokter dan Maxkenzie.
Baru saja beberapa menit dokter pergi, Anggie menghentakkan sepatunya keras-keras, Rama berpaling padanya, mereka saling berpandangan, dan sebelum Rama sadar dengan apa yang tengah dipikirkannya terasa tamparan keras di pipinya, lantas beranjak ke kamar dan mengambil sesuatu..kemudian masih dengan langkah dihentak pergi ke belakang dan datang ke depannya membawa teko air dan menuangkannya ke dalam gelas besar lalu memegang pistol dengan telunjuk dan ibu jarinya.
" Jangan pernah lagi mengancamku dengan benda menjijikkan yang kau sebut pistol," Tegas Anggie penuh percaya diri sebelum melepaskannya dengan bunyi blup! Ke dalam air..." Dengan atau tanpa peluru!"
Rama tercekat dan terbengong mendengar suara air bergelumbung di dalam gelas besar,saat air masuk melalui moncong pistol, sampai kemudian menyadari yang Anggie lakukan, ia melompat untuk meraih pistol itu, tapi dengan dingin Anggie bilang, " Jika aku jadi kau mana mungkin aku mencelupkan tanganku kesana kecuali kau mau tanganmu hancur oleh cairan alkali." Sembari mundur menjaga jarak aman.
" Dasar kau ular berbisa! Keluarkan pistolku atau aku akan menuangkan cairan ini ke lantai, aku bersumpah!"
Mejaku! Teriak Anggie melihat cipratan air yang tumpah.
" Kubilang keluarkan pistolku!" Anggie menggigit bibir, keduanya saling menantang, saliing menilai kekuatan masing-masing, waspada, tegang dan hati.hati. Keluarkan! Rama mengeram, Iyaa! Anggie terpaksa menurut.
Anggie membawa gelas besar itu ke belakang dan membuang airnya, lalu kembali untuk melap mejanya yang berharga, sedang Rama duduk di kursi goyang sembari menyentuh pipinya dengan tangan, " Untuk apa kau melakukan ini suster?"
Gertakan sambalmu benar-benar meyakinkan, Sindir Anggie.
" Apapun yang aku inginkan akan aku dapatkan dengan cara apapun"
" Begitu juga Aku, jangan pikir Suster Anggie mudah dikalahkan, tidak semudah itu, kau dengar ya! Sembari mengosok meja kuat-kuat, " Kau perampok kereta , kau terluka dan aku menampungmu di rumahku tapi balasan apa yang kuterima atas kepedulianku, masakanku, bahasaku, sikapku bahkan bungaku dikritik, aku dibodohi dan direndahkan olehmu."
"Hehh..kau tak pernah perduli Suster! Kau sibuk dengan duniamu yang suram, darahmu dingin, sama seperti katak, kau kesepian seperti bunga bakung, melompat dan bersembunyi tiap kali ada mahkluk hidup yang berada di dekatmu! Jadi kau tahu pistol itu tidak ada isinya, itu sebabnya kau menamparku kemudiam merendam pistolku dengan cairan alkali."
" Iya! Aku membencimu, kau penjahat! Perampok tidak tau diri!"
"Hemm yang benar saja suster, alasan kau melakukannya adalah karena kau tau bahwa pistol itu...bahkan pistol itu tidak lagi diacungkan padamu saat kamu melumer dibawah tubuhku, benarkan? Karena apa yang kau rasakan semalam sama sekali tidak ada hubungannya dengan pistol, seumur-umur kau menjalani kehidupan di rumah sebagai perawan tua, ketakutan setengah mati untuk menunjukkan emosi apa pun sampai aku datang dalam hidupmu. ' Aku perampok kereta, seorang pria yang menurut aturan moralmu patut diwaspadai sejak menit pertama aku diangkut ke sini. Tapi kau. Tidak bisa mengakui pada dirimu sendiri bahwa kau hanyalah seorang manusia, bahwa kau juga bisa merasa bahagia, bergairah terhadap pria sepertiku, bahka kau bisa terbaring di atas tempat tidur dan menemukan bahwa kulit telanjangmu bisa merasakan sesuatu yang luar biasa, tanpa perduli siapa yang menyentuhmu, tanpa memperdulikan apa yang kau paksakan pada dirimu untuk kau percayai selama bertahun-tahun. Dan kau sekarang belajar bahwa sedikit pertengkaran yang terjadi sesekali bisa sangat menyegarkan sekaligus menstimulasi secara seksual. Tapi tidak seharusnya kau merasa seperti itu, iya kan?, karena aku berada di sini maka kau bisa mengalami semua emosi terlarang itu, kenyataannya. Kau menyalahkan aku karena kau menyukai semua emosi itu, padahal, menurutmu tidak sepantasnya kau merasa seperti itu."
" Itu tidak benar! " Elak Anggie, " Kau berbohong untuk membela dirimu sendiri, padahal kau tau apa yang lakukan sangatlah rendah, kejam dan tidak bermoral."
"Rendah, kejam, tidak bermoral?" Rama tertawa, jika kau memiliki akal sehat maka kau akan berterima kasih padaku karena menunjukkan padamu masih ada harapan untukmu, akuilah kalau kau menikmati pergumulan denganku di atas tidurmu?"
" Hentikan-hentikan! Omongan jahatmu itu! Aku membenciimu"" sembari berbalik dan melempar lap ke arah Rama, dan mendarat tepat di bagian bawah wajah Rama, cairannya menetes mengenai rahang dan leher. Seketika itu juga kulit Rama terbakar dan matanya membelalak lebar. Rama meraih lap itu dengan panik, sementara Anggie sadar apa yang telah dilakukannya, reaksi yang sudah terprogram di dalam hidupnya mengambil handuk kering dan membungkus wajah Rama, tangan keduanya bekerja sama mengeringkan kulit Rama sebelum terjadi kerusakkan yang serius, Rama melihat mata dan wajah Anggie yang cemas dan ketakutan oleh perlakuannya yang sudah Keterlaluan. " Kau sengaja ingin melukaiku Suster?"
Rama menahan tangannya dan menatap kedalam mata Anggie."
" Semua salahmu."
Anggie merengut dan menarik tangannya, tapi Rama justru menahannya agar tak bergerak, ia tatap wajah suster, bulu matanya yang lentik, dada yang bergerak oleh debaran jantung, Rama mengambil kedua lengan Anggie dan meletakkannya di bahunya dan menahannya di sana, " Jangan lagi," Anggie mengelakkan kepalanya saat Rama hendak menciumnya, "
" Biarkan aku membuatmu menjadi wanita yang sesungguhnya suster."
Tidak jangan!
Kenapa tidak?
Karena kita saling membenci...Rama terdiam...berdiri demikin dekat, dan napas keduanya serasa hangat...lepaskan aku...
Katakan iya Suster, jujurlah..Rama menyentuh pinggang Anggie mengusapnya lembut dan menunggu reaksi Anggie...
Kumohon...Anggie merasa gila, karena ia tidak meronta melainkan membiarkan Rama semakin jauh.." Jangan melawanku suster, jangan melawan perampok kereta...katakan iya...
Rama semakin lembut dan hangat...katakan iya...
I-iya...
 

0 Response to "Cerbung Penjahat Cinta Ke Empat"

Posting Komentar

wdcfawqafwef